Masalah prostitusi atau pelacuran memang sudah menjadi masalah clasic
yang sulit di singkirkan dari kota kota besar. Walupun sudah dilakukan
beberapa tindakan seperti razia, dan bimbingan sosial bagi para
pelakunya, namun nyata prostitusi masih saja berjalan secara ilegal di
kota kota besar.
Tak heran jika di beberapa negara melegalkan tempat prostitusi dan memengut pajak dari hasil bisnis tersebut baca juga mengenai Tempat Hiburan Malam Dewasa Terkenal Yang Ada Di Dunia. Di Jakarta sendiri praktek prostitusi dipercaya telah ada sejak zaman
VOC menguasai Batvia abad ke-17. Menurut catatan yang ditulis dalam
Ensiklopedia Jakarta terbitan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemprov
DKI Jakata Tahun 2005, lokalisasi pertama mulai muncul di daerah Kota.
Ketika itu, pusat niaga dan keramaian memang berpusat di wilayah yang
kita kenal sebagai kawasan Kota Tua. Lokalisasi pertama yang berdiri
terletak di dekat Stasiun Kota, Jakarta. Lokalisasi itu bernama Macao
Po.
Macao Po ini merupakan lokalisasi kelas atas. Pengunjungnya adalah
pejabat VOC yang memang doyan main wanita dan korupsi. Selain mereka,
para pelanggan yang datang juga terdapat saudagar Tionghoa. Tidak heran
jika kemudian sebagian pelacur yang ada di sini diimpor langsung dari
Makau, China.
Jika Macao Po menjadi lokalisasi untuk kelas atas, maka ada juga
lokalisasi untuk kelas bawah. Yakni terletak di Gang Mangga, tidak jauh
dari Macao Po berada. Di sini, para pelacur yang menjajakan dirinya pun
lebih beragam, mulai dari pribumi, keturunan hingga Tionghoa.
Karena tarifnya yang murah, tentu saja pelayanan kesehatan para
pelacur di kawasan ini buruk. Alhasil penyakit sipilis merebak hingga
abad ke-19. Saking identiknya, Gang Mangga pun dijadikan nama lain dari
penyakit itu.
Bisnis terlarang ini kemudian terus berkembang. Persaingan pun
semakin sengit karena orang Tionghoa mulai mendirikan banyak rumah
bordil yang disebut dengan Soehian. Kehadiran rumah-rumah bordil itu
menjadi saingan baru kawasan Gang Mangga. Keributan pun kerap terjadi di
lokalisasi ini sehingga pada akhirnya ditutup pada awal abad ke-20.
Setelah Indonesia merdeka, pelacuran terus menjamur di Jakarta.
Pusat-pusat lokalisasi yang terkenal antara lain di Gang Hauber di
kawasan Petojo, Jakarta Pusat.
Wali Kota Sudiro mengganti nama Gang Hauber menjadi Gang Sadar untuk
mengubah citra lokalisasi ini pada pertengahan 1950-an. Tapi praktik
pelacuran masih berlangsung hingga era 1980-an.
Saat Ali Sadikin ditunjuk menjadi Gubernur, tempat pelacuran yang
telah menjamur itu kemudian digusur. Semua pelacur dikumpulkan dan
kembali dilokalisir di kawasan yang dikenal dengan Kramat Tunggak,
Jakarta Utara. Meski sempat mendapat banyak tentangan, toh Ali Sadikin
tidak bergeming. Dia mengaku lebih baik melokalisir pelacur agar mudah
dibina daripada melihat pelacur berkeliaran tanpa pengawasan.
Seiring berjalannya waktu, lokalisasi Kramat Tunggak semakin
menggeliat. Dengan luas tanah mencapai 12 hektar pada periode tahun
70-80an, banyak pelacur dari daerah berdatangan. Bahkan bisa dibilang
mereka mendominasi. Kebanyakan dari mereka berasal dari Pantura seperti
Subang, Indramayu dan Cirebon. Jumlah pelacur yang ada saat itu mencapai
2.000 orang.
Kondisi itu membuat nama Kramat Tunggak tenar ke penjuru Asia. Bahkan
lokalisasi ini dikenal sebagai tempat prostitusi terbesar di Asia
Tenggara sebelum akhirnya dibubarkan tahun 1999 oleh Gubernur Sutiyoso
dan diganti menjadi Islamic center.
Tapi seperti yang sudah-sudah, langkah itu tidak serta merta membuat
prostitusi benar-benar mati. Para wanita penjaja cinta demi mendapatkan
lembaran uang itu kembali berkeliaran di jalan-jalan. Menggoda setiap
pria hidung belang yang membutuhkan hiburan seks.
Entri Populer
-
HOTEL AMBHARA Nongkrongnya di Bar, umur 30-40th. Tarif Rp.200-250ribu Kalau weekend sering ada “mami” bawa beberapa “anak2 kece2, bisa dit...
-
Siapa tidak kenal Kalijodo? Pasti sebagian besar warga Jakarta sudah mengenalnya. Sebagai daerah 'hitam', lokalisasi kawasan ini d...
-
10 tempat Klub dugem dan bar terbaik di jakarta , info berasal dari beberapa sumber - Popularitas klub di Jejaring sosial dan Jumlah p...
-
Meskipun tinggal di Jakarta dan digaji besar, aku lebih suka tinggal di perkampungan. Kosku berada di wilayah Jakarta Selatan dekat perbat...
-
AGEN BOLA - Untuk satu hal, ada beberapa jenis spa. Jenis pertama adalah tujuan spa. spa hanya drop in untuk perawatan seperti pijat, fac...
Selasa, 16 Desember 2014
Tempat Pijat Dan Spa Plus Paling Terkenal Di Jakarta
AGEN BOLA - Untuk satu hal, ada
beberapa jenis spa. Jenis pertama adalah tujuan spa. spa hanya drop in
untuk perawatan seperti pijat, facial dan perawatan tubuh. Spa yang baik
adalah spa yang terpisah dari tempat perawatan lain yang menawarkan
tempat yang santai dan rileks.
Spa sendiri merupakan suatu rangkaian perawatan yang terdiri dari terapi pijat seluruh badan, lulur/body scrub, masker pemutih, terapi musik, aromatherapy, mandi susu/mandi aromatherapy dan snack berupa kue-kue dan minum jahe hangat atau teh panas. Berikut spa yang terkenal di jakarta beberapa sih dulu ane pernah kesana:
1. Alexis
Tempat paling terkenal di daerah pademangan jakarta, siapa yang gak
kenal hotel alexis, tempat hiburan spa terletak di lantai 7 hotel.
selain tempat spa disini ada lounge dan hotel tempat nginep juga. rate
spa dll bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah(teraphis
lokal atau impor).
2. Malioboro
3. Magnolia Spa
BANDAR BOLA - Apa itu spa? Banyak
yang belum tahu apa dan kegunaan spa, sementara spa sudah menjadi
kebutuhan para pria dan wanita di kota-kota besar seluruh Indonesia. Spa
adalah Suatu tempat dimana kita bisa merasa rileks, tubuh dan pikiran
menjadi segar, kembali energik dan bertenaga serta membangkitkan suasana
hati yang riang gembira.
Spa sendiri merupakan suatu rangkaian perawatan yang terdiri dari terapi pijat seluruh badan, lulur/body scrub, masker pemutih, terapi musik, aromatherapy, mandi susu/mandi aromatherapy dan snack berupa kue-kue dan minum jahe hangat atau teh panas. Berikut spa yang terkenal di jakarta beberapa sih dulu ane pernah kesana:
1. Alexis
2. Malioboro
Tempat spa kedua ini juga tergolong terkenal banget Malioboro hotel and
spa yang terletak di Komp.Wisma Niaga Veteran RI, Jalan Gajah Mada no.13
Jakarta Pusat. disana banyak hiburannya di lounge, untuk rate spa nya
ratenya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan juga tergantung mau sama
teraphis lokal atau impor hahaha.
Spa ini alamatnya di Jalan Sultan Iskandar Muda ( Arteri Pondok Indah ).
Untuk fasilitas cukup bagus, bersih, rapi dan nyaman. ada 2 tipe kamar,
VIP dan Deluxe. bedanya yang VIP ada kamar mandinya dalem ( 278.000)
yang deluxe ga ada kamar mandinya ( 190an). kalo mau lebih ya beda lagi
ratenya.
4. Fashion Spa
Spa ini terletak di Gunung Sahari 12 NO.2A Jakarta Pusat, Rate room for
therapist Tradisional massage,shiatsu/japanese massage,SUPER DELUXE :
220.000 dan VIP ROOM : 250.000. Harga itu untuk 2 sesi (90 menit) sudah
termasuk pengunaan fasilitas spa and sauna.
5. Travel spa
Spa yang terletak di Jl. Mangga Besar VIII no. 12 ... Sepertinya Hotel
Travel a.k.a Blok T alias Kampus T sampai saat ini masih menjadi
primadona para Petualang. rate nya mulai dari 300-500 untuk spa short
timenya.
6. Comfort Spa
Comfort Spa & Lounge lokasinya Jl Prof Dr Latumenten no 50. Block D
8-9-10. Yang di Jl. Boulevard Barat Blok B 95 Kelapa Gading, Jakarta
Utara juga ada tinggal pilih mau yang mana.
7. Orchadz Spa
Spa Ini letaknya di Jalan Pangeran Jayakarta No 44, Mangga Besar,
Jakarta barat, untuk spa nya ada di belakang hotel. Ruangan Deluxenya
180 ribu ++.
8. BFashion Spa
Letak persis nya di belakang mall taman anggrek..Hotel bintang 4, dengan
12 lantai didalam nya..Dilengkapi dengan KTV, Spa, garage dan kamar
hotel tentu nya.. Spa di lantai 9.
Apakah anda sudah memiliki user ID untuk melakukan betting? Jika belum segera hubungi Customer Service online kami di SARANA88.com (SARANA303.net) dan Customer Service 24 jam kami akan melayani anda dengan ramah mengenai proses registrasi dan deposit.
Perhitungan Jodoh Kalender Jawa
Dalam hal perjodohan, setiap orang memiliki cara menghitung perjodohan
sendiri sendiri dengan maksud dan tujuan untuk menentukan hari baik dan
hari naas sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya masing masing.
Demikian juga dalam ilmu kejawen, tidak semua orang memiliki hasil yang
sama dalam penentuan hari baik maupun naas dalam hal perhitungan perjodohan. Disini akan saya sampaikan sedikit Cara Menghitung Perjodohan dalam Jumlah Neptu Hari dan Pasaran Jawa berdasarkan hari dan pasaran kelahiran anda dan pasangan anda. Cara menghitungnya dapat anda lihat dalam contoh berikut ini :
WARYANTI lahir pada hari Rabu Pon dan pasangannya WARYANTO lahir pada hari Senin Legi kalau dijabarkan penghitungannya adalah sebagai berikut :
Neptu WARYANTI Rabu (7) Pon (7) = 7 + 7 = 14
Neptu WARYANTO Senin (4) Legi (5) = 4 + 5 = 9
Jumlah neptu kedua pasangan itu 14 + 9 = 23
kemudian dibagi 7 (23 : 7) = sisa 2 berarti TUNGGAK SEMI
Tabel daftar NEPTU Hari dan Pasaran dapat anda lihat di sini.
Jika jumlah neptu anda dan pasangan anda dibagi 7 memiliki sisa :
WASESO SEGORO
Artinya : Luas pengalamannya, besar kewibawaannya.
Sisa 2
TUNGGAK SEMI
Artinya : Mempunyai rejeki yang langsung.
Sisa 3
SATRIA WIBAWA
Artinya : Selalu mendapat penghormatan dan mendapat kemuliaan.
Sisa 4
SUMUR SINABA
Artinya : Baik menjadi pemimpinnya / teladan kanan kirinya.
Sisa 5
SATRIA WIRANG
Artinya : Sering mendapat kesulitan ( malu ).
Sisa 6
BUMI KEPETAK
Artinya : Tabah menghadapi segala penderitaan, gelap hati.
Sisa 7
LEBU KETIUP ANGIN
Artinya : Mendapat kesengsaraan.
Nah jika anda sudah menghitung perjodohan anda dan pasangan dapat anda lihat hasilnya diatas. Selamat Mencoba!!!
Demikian cara menghitung perjodohan menurut neptu kalender jawa smoga bermanfaat.
Note : Perhitungan ini hanya sekedar perhitungan manusia yang
diturunkan secara turun temurun dadi nenek moyang tanah jawa, kuasa
sepenuhnya ditangan Tuhan.
ANGKA DAN HARI PASARAN JAWA :
SENIN = 4
SELASA = 3
RABU = 7
KAMIS = 8
JUM’AT = 6
SABTU = 9
MINGGU = 5
LEGI = 5
PAHING = 9
P0N = 7
WAGE = 4
KLIW0N = 8
Kamis, 11 September 2014
Sejarah Kabupaten Bantaeng
"Jika Bangga Jadi Orang Bantaeng, Maka Kenalilah " 4
Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Pemerintahan birokrasi
secara resmi dimulai ketika Pemerintahan Hindia Belanda sejak tanggal 14
November 1737 menempatkan basis pemerintahan dengan status Afdeeling yang
membawahi beberapa wilayah Onder Afdeeling yang berpusat di Bantaeng, dengan
pejabat pementahannya disebut Residen Gezaghebber yang setingkat dengan Bupati
sekarang ini.
Pusat Pemerintahan diwilayah selatan ini sangat strategis sebagai pusat niaga, dimana Bhontain memiliki bandar pelabuah yang maju sejak Kerajaan Singosari dan Majapahit dimasa lalu dan bekas Kantor Residen Kepala Afdeeling Bonthain masih dapat dilihat Markas KODIM 1410 sekarang dan Kantor Pemerintahan Negara ( KPN ) sebagai Onder Afdeeling Bonthain digunakan Kantor Polsek Bantaeng saat ini.
Sejak tahun 1727 hingga tahun 1941 tercatat 90 kali pergantian pejabat pemerintahan denga Residen pertama bernama Camerling seorang Belanda yang ditugaskan oleh Belanda sebgai pejabat pemerintahan di dua daerah, yakni Bhontain dan Bulukumba. Kemudian sejak tahun 1893 keresidenan diperluas dengan bergabungnya daerah Binamu (Jeneponto ), dan selanjutnya sejak tahun 1910 Afdeeling Bonthain ketika Jepang menguasai Asia dan menjajah Indonesia pada tahun 1942, maka berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda.
Pusat Pemerintahan diwilayah selatan ini sangat strategis sebagai pusat niaga, dimana Bhontain memiliki bandar pelabuah yang maju sejak Kerajaan Singosari dan Majapahit dimasa lalu dan bekas Kantor Residen Kepala Afdeeling Bonthain masih dapat dilihat Markas KODIM 1410 sekarang dan Kantor Pemerintahan Negara ( KPN ) sebagai Onder Afdeeling Bonthain digunakan Kantor Polsek Bantaeng saat ini.
Sejak tahun 1727 hingga tahun 1941 tercatat 90 kali pergantian pejabat pemerintahan denga Residen pertama bernama Camerling seorang Belanda yang ditugaskan oleh Belanda sebgai pejabat pemerintahan di dua daerah, yakni Bhontain dan Bulukumba. Kemudian sejak tahun 1893 keresidenan diperluas dengan bergabungnya daerah Binamu (Jeneponto ), dan selanjutnya sejak tahun 1910 Afdeeling Bonthain ketika Jepang menguasai Asia dan menjajah Indonesia pada tahun 1942, maka berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda.
Masa
Pemerintahan Jepang
Ketika Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, pemerintahan Jepang menguasai Bantaeng hingga tahun 1945 pusat pemerintahan ada di Makassar denga pejabat pemerintahan Jepang bernama Yamashita, yang meliputi seluruh daerah bagian selatan termasuk Bantaeng.
Dalam masa pemerintahan Jepang, banyak pejuang didaerah ini ikut serta bersatu padu dengan pejuang didaerah lain utnuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa terutama menghadapi kekejaman penjajah Jepang di Indonesia.
Masa Pemerintahan NIT dan RIS
Pada saat pemerintahan peralihan , khususnya setelah berdirinya Negara Indonesi Timur dan Republik Indonesia Serikat, maka disusunlah pemerintahan baru dengan putera -putera Indonesia asli sebagai pejabat. Untuk pertama kalinya di daerah ini , seorang pejabat pribumi memimpin pemerintahan dengan jabatan Boofd Beestutrs Hoofd, yakni :
Ketika Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, pemerintahan Jepang menguasai Bantaeng hingga tahun 1945 pusat pemerintahan ada di Makassar denga pejabat pemerintahan Jepang bernama Yamashita, yang meliputi seluruh daerah bagian selatan termasuk Bantaeng.
Dalam masa pemerintahan Jepang, banyak pejuang didaerah ini ikut serta bersatu padu dengan pejuang didaerah lain utnuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa terutama menghadapi kekejaman penjajah Jepang di Indonesia.
Masa Pemerintahan NIT dan RIS
Pada saat pemerintahan peralihan , khususnya setelah berdirinya Negara Indonesi Timur dan Republik Indonesia Serikat, maka disusunlah pemerintahan baru dengan putera -putera Indonesia asli sebagai pejabat. Untuk pertama kalinya di daerah ini , seorang pejabat pribumi memimpin pemerintahan dengan jabatan Boofd Beestutrs Hoofd, yakni :
Abdurrachman Daeng Mamangung pada tahun 1949 - 1950
Mohammad Ali tahun 1950
Mohammad Ali tahun 1950
Andi Sultan Daeng
Radja tahun 1950 - 1951, yang kemudian menjabat kepala Afdeeling dengan tetap membawahi
Onder Afdeeling Bonthain, Bulukumba dan Selayar.
Abdul Latief Daeng Massiki kemudian menggantikan sementara tahun 1951, ketika Andi Sultan Daeng Radja harus berangkat ke Jakarta sebagai salah seorang wakil Sulawesi ketika menyatakan tekad dan dukungan kepada pemerintah Republik Indonesia dan mnunjuk Dr. Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi .
Abdul Latief Daeng Massiki kemudian menggantikan sementara tahun 1951, ketika Andi Sultan Daeng Radja harus berangkat ke Jakarta sebagai salah seorang wakil Sulawesi ketika menyatakan tekad dan dukungan kepada pemerintah Republik Indonesia dan mnunjuk Dr. Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi .
Masa Terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng
Berdasarkan Undang-undang nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi , maka status Bonthain sebagai daerah Afdeeling berakhir dan selanjutnya menjadi Kabupaten Daerah Tingkat I Bonthain. Pada tahun itu juga, maka nama Bonthain berubah menjadi Bantaeng dengan alas an nama itu tidak sesuai dengan alasan kemerdekaan , karena nama Bonthain berbau ciptaan Belanda.
Sebagai Bupati Kepala Daerah yang pertama ditunjuk adalah sebagai berikut :
1. A. Rivai Bulu yang dilantik pada tanggal 1 Februari 1960 oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan hingga tahun 1965
2. Aru Saleh tahun 1965 sampai tahun 1966 menjabat Kepala Daerah sementara.
3. Haji. Solthan tahun 1966 sampai tahun 1971 berdasarkan hasil pemilihan secara Demokratisyang pertama kali dilaksanakan didaerah ini melalui DPR, Haji Solthan kemudian memasuki masa jabatan kedua tahun 1971 sampai tahun 1978
4. Drs. Haji Darwis Wahab selanjutnya terpilih menjadi Bupati Kepala Daerah tahun 1978 sampai tahun 1982 dan dilanjutkan pda masa jabatan kedua tahun 1982 sampai tahun 1988.
5. Drs. H. Malingkai Maknun menjabat Bupati Kepala Daerah tahun 1988 sampai tahun 1993.
6. Drs. HM. Said Saggaf, M.Si. tahun 1993 sampai tahun 1998.
7. Drs. H. Asikin Solthan. M.Si. tahun 1998 sampai tahun 2003, dilanjut masa jabatan kedua kalinya Tahun 2003 sampai tahun 2008. Perlu diketahui bahwa Drs. H. Azikin Sulthan . M.Si. adalah sebagai Bupati Kepala Daerah pertama pada era reformasi hingga memasuki berlakunya undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang merubah status sebagai daerah Otonomi.
Maka pada tangga 25 Juni 2008 terjadi sejarah baru di daerah Bantaeng yakni diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dimana dilaksankan pemilihan Pemimin Pemerintahan oleh Rakyat tanpa terwakili DPRD maka pada saat itulah hanya empat pasangan putra terbaik di pilih rakyat yang diusung oleh sejumlah partai yang duduk di parlemen sebagai wakil rakyat yang telah menempatkan yakni :
1. Drs. H. Syahan Solthan, M.Si.
2. DR. Ir. HM. Nurdin Abduah, M.Agr.
3. Ir. H. Arfandi Idris, S.H
4. H. Ibrahim Solthan, S.Sos.
Namun dalam pelaksanaan Pesta Demokrasi Rakyat Bantaeng yang ditentukan 127 ribu suara rakyat dengan tingkat persentasi sebesar 46 persen, maka dengan secara otomatis DR. Ir. HM. Nurdin Abdulla, M.Agr. yang brhak terpilih sebagai pemimpin Bantaeng periode 2008 sampai tahun 2013
Beberapa bangunan bersejarah
Balla’ Lompoa Lantebung
Balla’
Lompoa Bantaeng
(
Rumah Adat Balla’ Lompoa Bantaeng )
Balla’
Tujua
(
Balla’ Tujua Onto Bantaeng )
Balla Tujua berarti tuju buah
rumah ini terletak di Perkampungan Tua Onto di Lereng Gunung Lompobattang di
Desa Onto Kecamatan Bantaeng sekitar 12 km sebelah utara Ibukota Bantaeng.
Balla Tujua merupakan salah satu situs perkampungan yang menempati areal tanah milik masyarakat yang luasnya sekitar 5 hektar, disekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon yang tinggi hingga mencapai 60 meter serta rotan dan beberapa pohon lainnya.
Balla Tujua merupakan salah satu situs perkampungan yang menempati areal tanah milik masyarakat yang luasnya sekitar 5 hektar, disekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon yang tinggi hingga mencapai 60 meter serta rotan dan beberapa pohon lainnya.
Balla tujua ini adalah rumah yang dijadikan sebagai tempat pertemuan dari 7 orang pemimpin Kawasan yang masing diantaranya dipimpin oleh Kare, yaitu Kare Onto, Kare Bissampole, Kare Sinoa, Kare Gantarang Keke, Kare Mamampang, Kare Katampang dan Kare Lawi-Lawi, yang semua Kare tersebut dikenal dengan nama “Tau Tujua”
Didalam kawasan ini terdapat 7 buah rumah tinggal, ada 6
buah rumah diantaranya berukuran besar dan menghadap ke Utara, sedangkan yang
satunya berukuran kecil menghadap ke Selatan.
Selain itu, dikawasan ini terdapat bangunan tempat upacara untuk kegiatan pelantikan kepala kaum, pesta perkawinan, dan upacara kelahiran bayi. Bangunan ini berupa rumah panggung dan pagar, yaitu Rumah Balla Lompoa, Balla To’do, dan Balla Ca’dia. Bangunan lainnya dikenal dengan nama Taka’ Bassia, yaitu bangunan bekas tempat penempaan besi, terletak di sebelah Selatan Balla Ca’dia.
Masyarakat yang tinggal disana merupakan satu dari tuju kelompok masyarakat yang ada di Bantaeng pada zaman dahulu. Setiap kelompok masyarakat dipimpin oleh kepala kaum yang disebut Totoa, dia dianggap tua atau dituakan dalam kelompoknya, selain itu dia dianggap memiliki kecakapan tertentu dan sebagai simbol kehadiran leluhur mereka.
Cikal bakal kerajaan Bantaeng berasal dari Onto. Kepala kaum di Onto bergelar Rampang yang digantikan oleh Kareang Loe ri Onto.
Selain itu, dikawasan ini terdapat bangunan tempat upacara untuk kegiatan pelantikan kepala kaum, pesta perkawinan, dan upacara kelahiran bayi. Bangunan ini berupa rumah panggung dan pagar, yaitu Rumah Balla Lompoa, Balla To’do, dan Balla Ca’dia. Bangunan lainnya dikenal dengan nama Taka’ Bassia, yaitu bangunan bekas tempat penempaan besi, terletak di sebelah Selatan Balla Ca’dia.
Masyarakat yang tinggal disana merupakan satu dari tuju kelompok masyarakat yang ada di Bantaeng pada zaman dahulu. Setiap kelompok masyarakat dipimpin oleh kepala kaum yang disebut Totoa, dia dianggap tua atau dituakan dalam kelompoknya, selain itu dia dianggap memiliki kecakapan tertentu dan sebagai simbol kehadiran leluhur mereka.
Cikal bakal kerajaan Bantaeng berasal dari Onto. Kepala kaum di Onto bergelar Rampang yang digantikan oleh Kareang Loe ri Onto.
Balla’ Bassia
( Balla’ Bassia Bantaeng )
Balla’ Bassia ini terletak di Jl. Bete – bete ,Kelurahan Letta Kecamatan
Bantaeng. Balla’ bassia berarti Rumah Besi, disebut sebagai Balla’ Bassia
karena konon kabarnya rumah ini adalah rumah pertama di Bantaeng yang memakai
terali besi, rumah ini milik seorang saudagar kaya dari Bone, dia merantau ke
Bantaeng untuk berdagang, dan sekarang rumah ini di huni oleh keturunan sang
saudagar kaya,saudagar kaya itu adalah leluhur dari H. Makkatutu.
Bentuknya seperti rumah panggung biasa, namun yang unik adalah semua
papan yang ada dirumah ini berwarna kehitam - hitaman, mungkin berasal dari
kayu bassi, papan yang berasal dari kayu yang disebut kayu bassi karena warna
nya yang hitam. Ukuran bangunan rumah yang besar melambangkan rumah ini memang
rumah seorang saudagar kaya.
Mesjid Tua
Tompong
( Kompleks Mesjid Tua Tompong Bantaeng )
Untuk
membangun Mesjid ini didatangkan seorang arsitek bernama La Pangewa dari
Kabupaten Bone
Sekilas
tentang Mesjid kuno ini yang mana memiliki atap yang berbentuk tumpang tiga,
bangunan induknya terdiri dari penampil dan tubuh mesjid, dinding mesjid
dibagian utara, selatan dan barat terbuat dari tembok yang mempunyai ventilasi
udara dari roster porselin berwarna hijau, dinding mesjid di bagian Timur
terdiri dari empat pilar dengan gaya arsitektur Eropa. Tubuh mesjid terdiri
dari tembok dengan 5 buah pintu masuk dan 6 buah jendela, diatas tiap pintuk
masuk terdapat hiasan Kaligrafi Al-Qur’an, didalam tubuh mesjid terdapat 4 buah
soko gutu berukuran 80 x 80 cm sebagai penopang atap, pada puncak mesjid
terdapat mustak yang terbuat dari keramik masa Dinasti Ming, sedangkan di dalam
mesjid terdapat pula mimbar untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu bayam
dengan relief dan kaligrafi.Dihalaman Timut mesjid terdapat 2 buah gapura pintu
masuk berbentuk setengah lingkaran, disebeah kiri dan kanan gapura terdapat 2
buah kolam untuk tempat berwudhu dimana satu diantaranya ditutup dengan penutup
yang berbentuk kubah.Dari masa kemasa Mesjid ini masih berdiri kokoh sampai
sekarang dengan jamaah yang ratusan.
MAKAM RAJA-RAJA LA TENRI RUWA
( Makam Raja-raja La tenri Ruwa
Bantaeng )
Kompleks makam para Raja-Raja ini
merupakan salah satu bukti Kejayaan Bantaeng dimasa lalu dengan latar belakang
sejarah bahwa Bantaeng merupakan Daerah kawasan para Raja-Raja atau lebih
dikenal sebagai Karaengna Bantaeng. Kawasan ini terletak di tengah kota
Kabupaten Bantaeng tepatnya di Lingkungan Lembang Cina Keurahan Pallantikang
Kecamatan Bantaeng, sekitar 50 meter, untuk menuju kawasan ini kita bisa jalan
kaki atau naik kendaraan. Sebelah timur kompleks makam ini terdapat Sungai
Calendu yang bersambungan langsung ke laut, dalam kawasan makam in terdapat
taman, jalan setapak, kolam, kursi taman, ruang informasi, kamar mandi dan WC,
serta ruang tempat beristirahat.
Makam Raja-Raja Bantaeng ini
lebih dikenal dengan Makam Raja-Raja La Tenri Ruwa, nama in diambil dari
seorang tokoh sejarah yaitu La Tenri Ruwa yang makamnya ada dalam kompleks
tersebut. LaTenri Ruwa adalam nama Raja Bone ke – 11, ia pertama menerima
ajakan dari Raja Gowa ke – 14 Mangerangi Daeng Manrabbia Sultan Alauddin untuk
memeluk agama islam, selanjutnya menjadi penyebar agama Islam di Bantaeng.
Dalam Kompleks pemakaman ini
terdapat sekitar 159 buah makam, bangunan makam ini terbuat dari batu karang,
selebihnya daru batu cadas, batu bata, dan batu kapur yang memakai bahan perekat
semen. Sangat banyak yang bisa kita nikmati di Kawasan ini dan kita bisa banyak
belajar dari sebuah sejarah yang sangat kental dengan ke Karaengang.
Senin, 01 September 2014
Sejarah Tana Bangkala (BONE)
Sejarah mencatat bahwa Bone
merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone
yang dalam catatan sejarah didirikan oleh ManurungngE Rimatajang pada tahun
1330, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta
Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta
Torisompae Matinroe ri Bontoala, pertengahan abad ke-17 (A. Sultan Kasim,2002).
Kebesaran kerajaan Bone tersebut dapat memberi pelajaran dan hikmah yang
memadai bagi masyarakat Bone saat ini dalam rangka menjawab dinamika
pembangunan dan perubahan-perubahan sosial, perubahan ekonomi, pergeseran
budaya serta dalam menghadapi kecenderungan yang bersifat global.
Belajar dan mengambil hikmah dari
sejarah kerajaan Bone pada masa lalu minimal terdapat tiga hal yang bersifat
mendasar untuk diaktualisasikan dan dihidupkan kembali karena memiliki
persesuaian dengan kebutuhan masyarakat Bone dalam upaya menata kehidupan
kearah yang lebih baik.
Ketiga hal yang dimaksud adalah :
Pertama, pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan Bone pada masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam terminology politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat melalui lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut “ade pitue”, yaitu tujuh orang pejabat adat yang bertindak sebagai penasehat raja. Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh ade pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan kepada raja untuk dilaksanakan.
Ketiga hal yang dimaksud adalah :
Pertama, pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan Bone pada masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam terminology politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat melalui lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut “ade pitue”, yaitu tujuh orang pejabat adat yang bertindak sebagai penasehat raja. Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh ade pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan kepada raja untuk dilaksanakan.
Selain itu di dalam penyelanggaraan
pemerintahan sangat mengedepankan azas kemanusiaan dan musyawarah. Prinsip ini
berasal dari pesan Kajaolaliddong seorang cerdik cendikia Bone yang hidup pada
tahun 1507-1586 yang pernah disampaikan kepada Raja Bone seperti yang
dikemukakan oleh Wiwiek P . Yoesoep (1982 : 10) bahwa terdapat empat faktor
yang membesarkan kerajaan yaitu:
- Seuwani, Temmatinroi matanna Arung MangkauE mitai munrinna gauE (Mata Raja tak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan).
- Maduanna, Maccapi Arung MangkauE duppai ada’ (Raja harus pintar menjawab kata-kata).
- Matellunna, Maccapi Arung MangkauE mpinru ada’ (Raja harus pintar membuat kata-kata atau jawaban).
- Maeppa’na, Tettakalupai surona mpawa ada tongeng (Duta tidak lupa menyampaikan kata-kata yang benar).
Pesan Kajaolaliddong ini antara lain
dapat diinterpretasikan ke dalam pemaknaan yang mendalam bagi seorang raja
betapa pentingnya perasaan, pikiran dan kehendak rakyat dipahami dan disikapi.
Kedua, yang menjadi pelajaran dan hikmah dari sejarah Bone terletak pada pandangan yang meletakkan kerjasama dengan daerah lain, dan pendekatan diplomasi sebagai bagian penting dari usaha membangun negeri agar menjadi lebih baik.
Urgensi terhadap pandangan seperti itu tampak jelas ketika kita menelusuri puncak-puncak kejayaan Bone dimasa lalu.
Kedua, yang menjadi pelajaran dan hikmah dari sejarah Bone terletak pada pandangan yang meletakkan kerjasama dengan daerah lain, dan pendekatan diplomasi sebagai bagian penting dari usaha membangun negeri agar menjadi lebih baik.
Urgensi terhadap pandangan seperti itu tampak jelas ketika kita menelusuri puncak-puncak kejayaan Bone dimasa lalu.
Dan sebagai bentuk monumental dari
pandangan ini di kenal dalam sejarah akan perjanjian dan ikrar bersama kerajaan
Bone, Wajo dan Soppeng yang melahirkan TELLUM POCCOE atau dengan sebutan lain
“LaMumpatue Ri Timurung” yang dimaksudkan sebagai upaya memperkuat posisi
kerajaan dalam menghadapi tantangan dari luar.
Kemudian pelajaran dan hikmah yang ketiga dapat dipetik dari sejarah kerajaan Bone adalah warisan budaya kaya dengan pesan. Pesan kemanusiaan yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu.
Banyak refrensi yang bisa dipetik dari sari pati ajaran Islam dalam
menghadapi kehidupan, dalam menjawab tantangan pembangunan dan dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang semakin cepat. Namun yang terpenting adalah bahwa
semangat religiusitas orang Bone dapat menjawab perkembangan zaman dengan
segala bentuk perubahan dan dinamikanya. Demikian halnya (kabupaten Bone)
potensi yang besar yang dimiliki, yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan demi
kemakmuran rakyat. Potensi itu cukup beragam seperti dalam bidang pertanian,
perkebunan, kelautan, pariwisata dan potensi lainnya.Kemudian pelajaran dan hikmah yang ketiga dapat dipetik dari sejarah kerajaan Bone adalah warisan budaya kaya dengan pesan. Pesan kemanusiaan yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu.
Demikian masyarakatnya dengan berbagai latar belakang pengalaman dan pendidikan dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mendorong pelaksanaan pembangunan Bone itu sendiri. Walaupun Bone memiliki warisan sejarah dan budaya yang cukup memadai, potensi sumber daya alam serta dukungan SDM, namun patut digaris bawahi jika saat ini dan untuk perkembangan ke depan Bone akan berhadapan dengan berbagai perubahan dan tantangan pembangunan yang cukup berat. Oleh karena itu diperlukan pemikiran, gagasan dan perencanaan yang tepat dalam mengorganisir warisan sejarah, kekayaan budaya, dan potensi yang dimiliki ke dalam suatu pengelolaan pemerintahan dan pembangunan.
Salah satu obyek wisata di Propinsi Sulawesi Selatan yang layak dikunjungi adalah wisata pemandangan laut Tanjung Palette di Kabupaten Bone, tepatnya 20 menit dari kota Bone.
Tempat wisata ini sudah dilengkapi dengan tempat menginap yang cukup representatif yang terdiri dari cottage dan kamar hotel dengan fasilitas kolam renang yg menghadap laut arah pelabuhan Bajoe ( sayangnya kartu kredit/gesk belum berlaku di hotel ini sehingga harus bayar dg tunai).
Tanjung palette sangat cocok untuk wisata keluarga maupun rombongan karena dilengkapi juga dengan gazebo yg menjorok di tengah laut yang bisa digunakan untuk acara pertemuan santai maupun acara keluarga sambil memancing ikan ditepian pantai.
Untuk menuju ke tempat ini bagi mereka yg datang dari luar daerah dapat melaui route Bandara Internasional Hasanuddin - Maros- Bantimurung-Camba-Kota Bone - Tj Palette (ke Timur menuju arah Teluk Bone) dengan waktu tempuh sekitar 4 jam, sepanjang perjalanan akan menawarkan pemandangan batu alam yg sangat langka antara Banti Murung menuju Camba, selanjutnya akan disuguhi pemandangan alam yg indah dg kiri kanan hutan yg cukup lebat sepanjang camba menuju kota Bone.
Bagi penghoby fotografi akan sangat menarik untuk menelusuri rute ini (terutama penggemar lanscape dan foto detail) akan banyak ditemukan spot spot yg sangat bagus untuk dijepret, sedangkan bagi penggemar touring motor ini rute yg sangat menantang untuk diijelajahi jalan berkelok kelok dg hutan di kiri kanan pastinya akan sangat mengasyikkan.
|
Masyarakat Kabupaten Bone,
sebagaimana Masyarakat kabupaten lainnya di Propinsi Sulawesi Selatan pada
umumnya, merupakan pemeluk Agama Islam yang taat, kehidupan mereka selalu
diwarnai oleh keadaan yang serba Religius. Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya
tempat-tempat ibadah dan Pendidikan Agama Islam.
Sekalipun demikian Penduduk
Kabupaten Bone yang mayoritas pemeluk agama Islam, tetapi di kota Watampone
juga ada Gereja dalam arti pemeluk agama lain cukup leluasa untuk menunaikan
Ibadahnya. Keadaan ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan
keagamaan karena mereka saling hormat menghormati dan menghargai satu dengan
lainnya.
Disamping itu peran pemuka agama teruatama para alim ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan bahkan alim ulama merupakan figur kharismatik yang menjadi panutan masyarakat.
Disamping itu peran pemuka agama teruatama para alim ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan bahkan alim ulama merupakan figur kharismatik yang menjadi panutan masyarakat.
Dibidang pendidikan, sesuai dengan
tujuan pendidikan Nasional maka Pemkab Bone untuk Sektor Pendidikan diarahkan
pada upaya peningkatan mutu pendidikan, dalam hal ini diharapkan pula adanya
peningkatan relevansi pendidikan serta mempunyai keterkaitan yang sesuai dengan
kebutuhan tuntutan.
Oleh karena itu mutu pendidikan selalu ditingkatkan sebagai upaya peningkatann SDM agar menguasai lptek. Peningkatan SDM tersebut mernpunyai nilai strategis karena merupakan prasyarat mutlak bagi Daerah Kabupaten Bone untuk mampu bersaing dalam Era Otonomi Daerah ini.
Oleh karena itu mutu pendidikan selalu ditingkatkan sebagai upaya peningkatann SDM agar menguasai lptek. Peningkatan SDM tersebut mernpunyai nilai strategis karena merupakan prasyarat mutlak bagi Daerah Kabupaten Bone untuk mampu bersaing dalam Era Otonomi Daerah ini.
Sedangkan mengenai pengembangan
Kebudayaan Pemkab Bone telah berupaya untuk membina Nilai-nilai Budaya Daerah
sebagai unsur Budaya Nasional dengan berdasarkan pada penerapan Nilai-nilai
Kepribadian Bangsa.
Dibidang Kesehatan dan Kependudukan
Pemkab Bone telah berupaya untuk meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat
termasuk keadaan gizi dan menciptakan NKKBS dalam rangka peningkatan kualitas
dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu
Pemkab Bone telah memperluas pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat
Masyarakat Kabupaten Bone,
sebagaimana Masyarakat kabupaten lainnya di Propinsi Sulawesi Selatan pada
umumnya, merupakan pemeluk Agama Islam yang taat, kehidupan mereka selalu
diwarnai oleh keadaan yang serba Religius. Kondisi ini ditunjukkan dengan
banyaknya tempat-tempat ibadah dan Pendidikan Agama Islam.
Sekalipun demikian Penduduk
Kabupaten Bone yang mayoritas pemeluk agama Islam, tetapi di kota Watampone
juga ada Gereja dalam arti pemeluk agama lain cukup leluasa untuk menunaikan
Ibadahnya. Keadaan ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan
keagamaan karena mereka saling hormat menghormati dan menghargai satu dengan
lainnya.
Disamping itu peran pemuka agama teruatama para alim ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan bahkan alim ulama merupakan figur kharismatik yang menjadi panutan masyarakat.
Dibidang pendidikan, sesuai dengan
tujuan pendidikan Nasional maka Pemkab Bone untuk Sektor Pendidikan diarahkan
pada upaya peningkatan mutu pendidikan, dalam hal ini diharapkan pula adanya
peningkatan relevansi pendidikan serta mempunyai keterkaitan yang sesuai
dengan kebutuhan tuntutan.
Oleh karena itu mutu pendidikan selalu ditingkatkan sebagai upaya peningkatann SDM agar menguasai lptek. Peningkatan SDM tersebut mernpunyai nilai strategis karena merupakan prasyarat mutlak bagi Daerah Kabupaten Bone untuk mampu bersaing dalam Era Otonomi Daerah ini.
Sedangkan mengenai pengembangan
Kebudayaan Pemkab Bone telah berupaya untuk membina Nilai-nilai Budaya Daerah
sebagai unsur Budaya Nasional dengan berdasarkan pada penerapan Nilai-nilai
Kepribadian Bangsa.
Dibidang Kesehatan dan
Kependudukan Pemkab Bone telah berupaya untuk meningkatkan derajat Kesehatan
Masyarakat termasuk keadaan gizi dan menciptakan NKKBS dalam rangka
peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan
masyarakat. Disamping itu Pemkab Bone telah memperluas pelayanan Kesehatan
kepada Masyarakat secara lebih merata kepelosok Desa.
|
Langganan:
Postingan (Atom)